VI. FENOMENALISME
a. Pengertian Pokok.
Secara harfiah
Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa
Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang
Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu
positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta
membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang
pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang
evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, "a
way of looking at things".
Gejala adalah aktivitas, misalnya
gejala gedung putih adalah gejala akomodasi, konvergensi, dan fiksasi
dari mata orang yang melihat gedung itu, di tambah aktivitas lain yang
perlu supaya gejala itu muncul. Fenomenalisme adalah tambahan pada
pendapat Brentano bahwa subjek dan objek menjadi satu secara dialektis.
Tidak mungkin ada hal yang melihat. Inti dari Fenomenalisme adalah tesis
dari "intensionalisme" yaitu hal yang disebut konstitusi.
Menurut
Intensionalisme (Brentano) manusia menampakkan dirinya sebagai hal yang
transenden, sintesa dari objek dan subjek. Manusia sebagai entre au
monde (mengada pada alam) menjadi satu dengan alam itu. Manusia
mengkonstitusi alamnya. Untuk melihat sesuatu hal, saya harus
mengkonversikan mata, mengakomodasikan lensa, dan mengfiksasikan hal
yang mau dilihat. Anak yang baru lahir belum bisa melakukan sesuatu hal,
sehingga benda dibawa ke mulutnya.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Edmund Husserl (1859 -1938)
2. Max Scheler (1874 -1928)
3. Hartman (1882 -1950)
4. Martin Heidegger (1889 -1976)
5. Maurice Merleau-Ponty (1908 -1961)
6. Jean Paul Sartre (1905 -1980)
7. Soren Kierkegaard (1813 -1855)
VII. INTUSIONALISME
a. Pengertian Pokok.
Intusionalisme
adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi
(naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi
termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada
penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau
suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Plotinos (205 -270)
2. Henri Bergson (1859 -1994)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar