(Menurut Harry M Johnson 1967, dalam Sosiologi A Systematic Introduction)
1. Sosiologi bersifat empiris.
Artinya
bahwa sosiologi dikembangkan berdasarkan hasil penelitian empiris
mengenai fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.Ciri
empiris ini harus dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan kenyataan
yang ada secara logis atau rasional. Bukan atas spekulasi atau
wahyu.Contoh : Masyarakat Indonesia terkenal ramah , sederhana,
kekeluargaan dan gotong royong.
2. Sosiologi bersifat teoritis
Artinya
bahwa fenomena atau gejala-gejala sosial budaya sebagai obyek kajian
Sosiologi diteliti secara teoritis dan konseptual berdasarkan hubungan
sebab akibat (kausal) dan dirumuskan dengan metode dan prosedur ilmiah.
Contoh
: seorang pelajar atau mahasiswa rajin belajar secara tekun karena
didorong oleh keinginan menjadi orang yang pandai dan berguna bagi
keluarga dan masyarakatnya.
3. Sosiologi bersifat kumulatif
Artinya
teori-teori Sosiologi dibangun atas dasar teori yang sudah ada
sebelumnya (misal ilmu filsafat). Teori-teori baru yang lebih mendekati
kebenaran dan lebih luas, pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari
teori-teori yang sudah ada.
Contoh
: menurut teori Darwin, manusia di bumi ini berasal dari kera.
Kenyataannya teori tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dan mengalami
perubahan.
4. Sosiologi bersifat bukan etika (non etis)
Artinya
Sosiologi bukan ajaran tentang tata susila dan tidak membicarakan
tingkah laku baik atau buruk yang terjadi di masyarakat Tetapi tugas
Sosiolog adalah mengungkapkan tentang tindakan sosial sebagai fakta atau
hanya mendeskripsikan berbagai fenomena sosial budaya yang terjadi
dalam masyarakat berdasarka hukum kausalitas.
Contoh
bahwa sosiologi bersifat tidak menilai bahwa bentrokan antar etnis atau
antar desa adalah baik atau buruk, tetapi hanya mengkaji hubungan
sebab-akibat dari bentrokan tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar