1. Sosiologi bersifat empiris.
Artinya bahwa sosiologi
dikembangkan berdasarkan hasil penelitian empiris mengenai fenomena
sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.Ciri empiris ini harus
dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan kenyataan yang ada secara
logis atau rasional. Bukan atas spekulasi atau wahyu.Contoh : Masyarakat
Indonesia terkenal ramah , sederhana, kekeluargaan dan gotong royong.
Harus ada penelitian lapangan dulu untuk membuktikan hal itu. Contoh
lainnya gaji pegawai naik, teryata produktivitas pegawai menurun,
mengapa? yang perlu digaris bawahi adalah "mengapa", karena dapat
dijadikan sebuah hipotesis baru untuk kesimpulan baru.
2. Sosiologi bersifat
teoritis Artinya bahwa fenomena atau gejala-gejala sosial budaya sebagai
obyek kajian Sosiologi diteliti secara teoritis dan konseptual
berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal) dan dirumuskan dengan metode
dan prosedur ilmiah.Contoh : seorang pelajar atau mahasiswa rajin
belajar secara tekun karena didorong oleh keinginan menjadi orang yang
pandai dan berguna bagi keluarga dan masyarakatnya.
3. Sosiologi bersifat
kumulatif Artinya teori-teori Sosiologi dibangun atas dasar teori yang
sudah ada sebelumnya (misal ilmu filsafat). Teori-teori baru yang lebih
mendekati kebenaran dan lebih luas, pada dasarnya merupakan
penyempurnaan dari teori-teori yang sudah ada. Contoh : menurut teori
Darwin, manusia di bumi ini berasal dari kera. Kenyataannya teori
tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dan mengalami perubahan.
4. Sosiologi bersifat
bukan etika (non etis) Artinya Sosiologi bukan ajaran tentang tata
susila dan tidak membicarakan tingkah laku baik atau buruk yang terjadi
di masyarakat Tetapi tugas Sosiolog adalah mengungkapkan tentang
tindakan sosial sebagai fakta atau hanya mendeskripsikan berbagai
fenomena sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat berdasarka hukum
kausalitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar